Chapter 12#
MEMAHAMI RUKUN KUFUR
Oleh : Miskun, S.Pd, M.Pd
A. Pengertian Kufur
Kata kufur berasal dari bahasa Arab kafara yang berarti ingkar. Moh Shofan dalam buku Pluralisme Menyelamatkan Agama Agama menyebutkan, kufur dapat iartikan menjadi dua hal.
Pertama, kufur adalah mengingkari syariat Islam dan tidak mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Nabi-Nya. Kedua, kufur adalah mengingkari segala nikmat yang diberikan Allah.
Jadi dapat disimpulkan, arti kufur yang pertama dilawankan dengan kata iman. Sedangkan arti kufur yang kedua dilawankan dengan kata syukur.
Orang yang tidak mau sholat digolongkan menjadi orang yang kufur karena telah mengingkari nikmat Allah. Ancaman bagi orang yang kufur telah dijelaskan dalam surat Ibrahim ayat 7 berikut:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
B. Rukun Kufur
Jika iman, memiliki tiang penyangga, maka kekufuran juga memiliki tiang. Imam Ibn Qayyim menjelaskan dalam kitabnya, al-Fawa’id tentang rukun kekufuran tersebut, bahwa, rukun kekufuran terdiri atas empat, yaitu
أركان الكفر أربعة:
“Rukun kufur itu ada 4.”
Artinya, kebanyakan 4 perkara ini yang menyebabkan seseorang kufur kepada Allah.
Ibn Qayyim menjelaskan, bahwa apabila rukun takabur runtuh, maka mudah seseorang akan tunduk. Jika rukun dengki runtuh, maka nasihat akan mudah diterima. Apabila rukun kemarahan runtuh, maka mudah ditegakkan keadilan dan rendah hati. Dan apabila rukun syahwat runtuh, maka mudah menegakkan kesabaran dan kesucian dalam ibadah.
Artinya, kebanyakan 4 perkara ini yang menyebabkan seseorang kufur kepada Allah.
1. Sombong, لكبر
الكبر يمنعه الانقياد،
“Sombong mencegah seseorang untuk tunduk kepada Allah.”
Karena, kalau kita perhatikan orang-orang yang sombong yang tidak mau tunduk kepada Allah itu akibat dari kesombongan mereka, seperti Fir’aun yang sombong kepada Allah, juga Abu Jahal dan Abu Lahab yang sombong kepada Allah.
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. (HR. Muslim 275)
Sombong terhadap al haq adalah sombong terhadap kebenaran, yakni dengan tidak menerima kebenaran yang ada dalam Kitabullah dan ajaran para rasul ‘alaihimus salaam.
Bentuk kesombongan yang kedua adalah sombong terhadap makhluk, yakni dengan meremehkan dan merendahkannya. Kebanggaaan terhadap diri sendiri membawanya sombong terhadap orang lain, meremehkan dan menghina mereka, serta merendahkan mereka baik dengan perbuatan maupun perkataan
Inilah dosa pertama kali yaitu kesombongan. Allah SWT berfirman,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur (sombong) dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir” (QS. Al Baqarah:34)
Qotadah berkata tentang ayat ini, Iblis mengatakan, “Saya diciptakan dari api sementara Adam diciptakan dari tanah”. Kesombongan inilah dosa yang pertama kali terjadi . Iblis sombong dengan tidak mau sujud kepada Adam” (Tafsir Ibnu Katsir)
Solusi dari sombong adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّه.
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaan untuknya. Dan tidak ada orang yang tawadhu’ (merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim no. 2588)
فإذا انهدم ركن الكبر سهل عليه الانقياد،
“Apabila telah hancur rukun sombong, maka akan mudah bagi dia untuk taat dan tunduk kepada Allah.”
2. Dengki, ا والحسد
والحسد يمنعه قبول النصيحة وبذلها ،
“Dan penyakit hasad / dengki itu mencegah untuk menerima nasihat.”
Dengki itu perasaan emosi ingin menghilangkan kenikmatan yang ada pada orang lain.
Jadi, hasad itu hakikatnya menentang qadha’ dan qadar Allah Azza wa Jalla.
sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
لاَحَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسَلَّطَهُ عّلّى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
Artinya: Tidak ada hasad kecuali kepada dua orang,yang pertama; kepada seseorang yang telah diberi harta kekayaan oleh Allah dan ia habiskan dijalan yang benar, yang kedua; kepada seseorang yang telah diberi hikmah (ilmu) oleh Allah dan ia memutuskan perkara dengannya serta mengajarkannya. [HR.Muttafaq alaih].[6]وإذا انهدم ركن الحسد سهل عليه قبول النصح وبذله ،
“Dan apabila telah hancur rukun kedengkian, maka akan mudah bagi dia untuk menerima nasihat dan kritikan (yang bermanfaat bagi dirinya).”
3. Marah, والغضب
والغضب يمنعه العدل،
“Dan marah mencegah ia berbuat adil.”
وإذا انهدم ركن الغضب سهل عليه العدل والتواضع ،
“Dan apabila telah hancur rukun kemarahan, maka akan mudah bagi dia berbuat adil dan bertawadhu’.”
Ada lima kiat Nabi Muhammad SAW yang dapat kita amalkan sebagai pertahanan diri amarah yang memuncak, yaitu:
a. Membaca ta’awudz, meminta perlindungan pada Allah dari godaan setan
Meminta tolong pada Allah agar dilindungi dari setan sesuai dengan dalil-dalil berikut, akan terlihat jelas bahwa marah bisa dari setan. Maka kita mengamalkan firman Allah dari ayat berikut,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚإِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 200)
b. Diam
Karena yang namanya marah itu jika keluar bisa jadi keluar kata-kata yang tidak Allah ridhai,
وَ إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ
“Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad, 1: 239. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan lighairihi).
c. Berganti posisi
Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ، وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ
“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
d. Mengambil air wudhu
Dari Athiyyah As-Sa’di radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
“Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud)
e. Ingat wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menahan amarah
Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan dalam surga.” Rasulullah SAW lantas bersabda,
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
“Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.” (HR. Thabrani dalam Al-Kabir shahih lighairihi).
4. Syahwat.” والشهوة
والشهوة تمنعه التفرغ للعبادة.
“Dan penyakit syahwat mencegah ia untuk bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah.”
وإذا انهدم ركن الشهوة سهل عليه الصبر والعفاف والعبادة.
“Dan apabila telah hancur rukun syahwat, maka akan mudah bagi dia untuk bersabar, memelihara kehormatan diri, dan terus-menerus beribadah kepada Allah.”
Syahwat artinya selera, nafsu, keinginan, atau kecintaan.
Penyakit syahwat ini misalnya: rakus terhadap harta, tamak terhadap kekuasaan, ingin populer, mencari pujian, suka perkara-perkara keji, zina, dan berbagai kemaksiatan lainnya.
Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kamu adalah syahwat mengikuti nafsu pada perut kamu dan pada kemaluan kamu serta fitnah-fitnah yang menyesatkan. [HR. Ahmad dari Abu Barzah Al-Aslami.
Macam-macam fitnah syahwat ini sumbernya terangkum dalam “kenikmatan kehidupan dunia” sebagaimana Allah Azza wa Jalla firmankan:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَاْلأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَئَابِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). [Ali Imran :14]
Maka di antara fitnah syahwat adalah:
a). Fitnah Wanita. Inilah fitnah pertama dan terbesar serta paling berbahaya bagi laki-laki! Rasulullah sudah memperingatkan hal ini di dalam sabda beliau:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
Tidaklah aku menginggalkan fitnah, setelah aku (wafat), yang lebioh berbahaya terhadap laki-laki daripada wanita. [HR. Bukhari no: 5096, Muslim no: 2740)
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengomentari hadits ini dengan perkataan: “Hadits ini menunjukkan bahwa fitnah yang disebabkan wanita merupakan fitnah terbesar daripada fitnah lainnya.
b). Fitnah Anak. Allah mengingatkan fitnah anak ini di dalam firmanNya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلاَدِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِن تَعْفُوا وَتُصْفِحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللهَ غَفُورُُ رَّحِيمٌ {14} إِنَّمَآ أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةُُ وَاللهُ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمُُ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. [At Taghaabun: 14-15]
c). Di antara fitnah syahwat adalah saling berlomba meraih dunia dan rakus terhadap harta sehingga menimbulkan iri, dengki, hasad dan saling menjauhi antar umat.
Hal itu disebabkan dibukanya kemakmuran dan kemewahan hidup oleh Allah Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا فُتِحَتْ عَلَيْكُمْ فَارِسُ وَالرُّومُ أَيُّ قَوْمٍ أَنْتُمْ قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ نَقُولُ كَمَا أَمَرَنَا اللَّهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ تَتَنَافَسُونَ ثُمَّ تَتَحَاسَدُونَ ثُمَّ تَتَدَابَرُونَ ثُمَّ تَتَبَاغَضُونَ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ ثُمَّ تَنْطَلِقُونَ فِي مَسَاكِينِ الْمُهَاجِرِينَ فَتَجْعَلُونَ بَعْضَهُمْ عَلَى رِقَابِ بَعْضٍ
Jika Persia dan Romawi dibukakan pada kamu, menjadi kaum yang mana kamu nanti? Abdurrahaman bin ‘Auf berkata: “Kami akan berkata sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasulullah. (Beliau berkata): “Atau (kamu akan melakukan) selain itu, kamu akan saling berlomba (meraih dunia), kemudian kamu akan saling hasad, kemudian kamu akan saling menjauhi, kemudian kamu akan saling membenci, atau semacamnya, kemudian kamu akan berangkat ke rumah-rumah orang-orang muhajirin, lalu sebagian kamu memukul leher sebagian yang lain. [HR. Muslim, Ibnu Majah, dan lainnya dari Abdulah bin Amr bin Al-Ash] Dalam hadits lain beliau bersabda:
فَوَاللَّهِ لَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنْ أَخَشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ
Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan atas kamu. Tetapi aku khawatir atas kamu jika dunia dihamparkan atas kamu sebagaimana telah dihamparkan atas orang-orang sebelum kamu, kemudian kamu akan saling berlomba (meraih dunia) sebagaimana mereka saling berlomba (meraih dunia), kemudian dunia itu akan membinasakan kamu, sebagaimana telah membinasakan mereka.” [HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan lainnya dari Amr bin Auf Al-Anshari]d). Tamak Terhadap Asy-Syaraf (kemuliaan, kedudukan, kehormatan, gengsi). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan tentang bahaya tamak terhadap asy-syaraf dengan sabdanya:
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ
Tidaklah dua srigala lapar yang dilepas pada seekor kambing lebih merusakkannya daripada ketamakan seseorang terhadap harta dan kehormatan (yang merusakkan) agamanya. [HR. Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Hibban dari Ka’b bin Malik Al-Anshari. Dishahihkan oleh Syaikh Mushthafa Al-Adawi di dalam Shuwar Minal Fitan, hal: 38]
Dikutip dari Ibn Qayim al-Jauziyyah, Meraih Faidah Ilmu, Jakarta: Darus Sunnah, 2012, hlm. 273-264 (dengan perubahan